Skip to main content

Forest Guardian Gelar Festival Kaum Muda Jaga Hutan untuk Tingkatkan Kesadaran Lingkungan

Forest Guardian Gelar Festival Kaum Muda Jaga Hutan untuk Tingkatkan Kesadaran Lingkungan. Foto: Burhasin/Siberbengkulu.co

 

Bengkulu Tengah, Siberbengkulu.co --  Komunitas anak muda peduli lingkungan, Forest Guardian, menggelar acara bertajuk Kaum Muda Jaga Hutan pada 24 Februari 2025 di Kampung Durian, Datar Lebar, Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah. Festival yang melibatkan berbagai elemen masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran generasi muda akan pentingnya menjaga kelestarian hutan, terutama di tengah maraknya deforestasi.

Festival ini dilatarbelakangi oleh data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang mengungkapkan bahwa Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), yang mencakup wilayah empat provinsi, telah mengalami degradasi seluas 158 ribu hektar pada 2022.

Degradasi ini sebagian besar disebabkan oleh alih fungsi lahan untuk pertanian, perkebunan, pemukiman, dan pertambangan. Melihat ancaman tersebut, Forest Guardian yang terdiri dari anak muda dari Bengkulu, Sumatera Barat, Jambi, dan Sumatera Selatan, berupaya mengkampanyekan pelestarian hutan secara berkelanjutan.

Festival Kaum Muda Jaga Hutan menghadirkan berbagai kegiatan yang melibatkan generasi muda dan masyarakat sekitar. Salah satunya adalah diskusi dengan pemangku kebijakan, kampanye kreatif, serta edukasi mengenai manfaat ekologis, sosial, dan budaya dari hutan.

 Ranti Ucreza, perwakilan dari Forest Guardian, berharap festival ini dapat membangkitkan semangat anak muda untuk terlibat langsung dalam menjaga kelestarian hutan. 

Kami ingin anak muda tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga berperan aktif dalam menyuarakan pentingnya menjaga hutan dari ancaman deforestasi,” ujarnya.

Salah satu narasumber, M Mahfud, menjelaskan mengenai pembagian zona pengelolaan di TNKS. Zona inti dan rimba merupakan area dengan perlindungan ketat, sedangkan zona pemanfaatan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bertani, melakukan penelitian, dan berwisata alam. 

Selain itu, ada zona khusus yang diperuntukkan bagi masyarakat adat yang telah menetap di kawasan tersebut sebelum TNKS berdiri. Sementara zona rehabilitasi merupakan kawasan yang sedang dipulihkan ekosistemnya.

Namun, menjaga kawasan seluas TNKS bukanlah hal mudah. M Mahfud menambahkan bahwa TNKS yang meliputi empat provinsi hanya memiliki sekitar 200 personel pengelola. Untuk itu, kolaborasi dengan masyarakat sekitar, LSM, NGO, serta media sangat diperlukan untuk mempublikasikan dan memperkuat upaya pelestarian hutan.

 “Kolaborasi yang lebih erat dengan masyarakat yang berbatasan langsung dengan TNKS sangat penting agar mereka bisa menjadi informan jika terjadi gangguan di kawasan hutan,” ungkap M Mahfud.

Melalui festival ini, Forest Guardian berharap bisa membangun kesadaran kolektif mengenai pentingnya peran aktif anak muda dalam melestarikan lingkungan. Dengan keterlibatan banyak pihak, termasuk masyarakat setempat, diharapkan perlindungan terhadap kawasan hutan, khususnya TNKS, bisa berjalan berkelanjutan demi masa depan yang lebih baik.

 

 

Reporter: Burhasin

Editor: M Ichfan Widodo 

Baca juga ...